Saturday 22 May 2010

Analisis Urine (Tes Air Seni/ Kencing)

Eksperimen pertama adalah uji pH urine dengan menggunakan pH meter atau kertas pH. Dalam praktikum yang kami lakukan kami menggunakan pH paper atau kertas pH. Urine yang kami gunakan diambil dari salah seorang praktikan yang bernama Nyoto Prayugo. Setelah urine dimasukkan pada beaker glass, kami memasukkan pH paper. Seluruh strip dicelupkan ke dalam urin sampel dan perubahan warna pada setiap persegi dicatat.
perubahan warna terjadi setelah beberapa detik hingga beberapa menit dari mencelupkan strip. Jika dilihat dari teori ini, maka eksperimen yang kami lakukan tidak ada kesalahan dan tidak menyimpang karena If read too early or too long after the strip is dipped, the results may not be accurate.beberapa menit kemudian terjadi perubahan warna pada persegi – persegi yang ada pada pH paper. Perubahan yang terlihat jelas terdapat pada persegi kedua dari bawah yang berwarna hijau tua pada awalnya, warna tersebut berubah menjadi hijau muda agak keruh.Kemudian, kami mencocokkan warna pada pH paper dengan petunjuk yang berisi macam – macam warna serta pH – nya. Hasil yang diperoleh, urine probandus mempunyai pH = 6 yang berarti bahwa kondisi urine adalah asam. Menurut Eni dalam websitenya “Enifreaks”, urine normal biasanya bersifat sedikit asam dengan pH antara 5 – 7, pernyataan ini diambil dari Kimber. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa urine probandus meskipun tidak netral dan dapat dikatakan bersifat asam masih merupakan urine normal karena memang urine normal bersifat sedikit asam. Lain halnya dengan urine orang yang vegetarian. Bagi urine orang yang vegetarian nantinya akan didapat urine yang bersifat alkali.
Menurut Biokimia Harper, dalam cairan interstisial dan urin tubulus, NH3 bergabung dengan H+ membentuk NH4+ yang menyingkirkan NH3 dan mempertahankan perbedaan konsentrasi yang memudahkan difusi NH3 keluar sel. Bila pH urin7,0 maka rasio NH3 : NH4+ = 1 : 100. Bila urin lebih asam, maka keseimbangan berubah lebih lanjut ke NH4+. Proses NH3 disekresikan disebut difusi non-ionik. Salisilat dan sejumlah obat lain yang merupakan basa lemah atau asam lemah juga disekresi oleh difusi non ionik. Ion ammonium berasal dari makanan, obat-obatan dan hasil hidrolisa urea. Sedangkan urine yang kami pakai bersifat asam sehingga dapat disimpulkan bahwa keseimbangan berubah lebih lanjut ke NH4+.

Eksperimen kedua adalah uji Chlorida, apakah didalam urine terdapat chlorida ataukah tidak. Sebelumnya, kami mengasamkan urine dengan asam nitrat encer 5 tetes. Ketika asam nitrat encer ini dimasukkan, urine berubah menjadi lebih bening. Kemudian kami menetesi 5 tetes perak nitrat. Tidak lama kemudian terdapat endapan putih tipis didasar tabung dengan kata lain urin mengandung klorida tetapi hasil ini dianggap masih normal. Jika kita analisis, NaCl juga terkandung dalam urine normal jadi untuk mengetahuinya harus ditemukan klorida dengan cara mengikat ion – ion Cl-. Persamaan reaksinya dapat dimungkinkan sebagai berikut:
2NaCl + AgNO3 Na2NO3 + AgCl2
tetapi pengujian yang lebih teliti lagi dapat dilakukan dengan cara Schales dan Schales.dimana Urin dititrasi dengan merkuri nitrat dalam suasana asam. Ion-ion Cl- diikat oleh ion merkuri membentuk Hg Cl2 yang tidak terionisasi.

Eksperimen ketiga adalah uji sulfat. Dalam pengujian kadar sulfat dalam urin ini kami mencampurkan 5ml sample urin dengan HCl ditujukan untuk mengasamkan urin tersebut lalu ditambahkan BaSO4 . Belerang anorganik merupakan bagian terbesar dari belerang teroksidasi (85-90 %) dan berasal terutama dari metabolisme protein. Maka akan terbentuk endapan putih yang menunjukkan adanya belerang anorganik, reaksi yang terjadi adalah :
BaCl2 + SO42- → BaSO4 + 2 Cl-
Dari hasil percobaan yang kami lakukan ternyata pada larutan tidak di hasilkan endapan putih dengan kata lain tidak terdapat sulfat dalam urin tersebut,padahal belerang merupakan hasil dari metabolisme protein,hal ini dapat diakibatkan mungkin karena penambahan asam klorida dan BaSO4 yang digunakan tidak dengan ukuran yang baku sebab dalam percobaan kami kami hanya memberi beberapa tetes saja ke dalam sampel urin,dan kami tidak melakukan uji kadar belerang yang lain, misalnya pengujian belerang yang tak teroksidasi.Belerang tak teroksidasi merupakan senyawa yeng mempunyai gugus –SH, -S, -SCN, misalnya asam amino yang mengandung S (sistin), tiosulfat, tiosianat, sulfida, dsb. Jumlahnya adalah 5-25 % dari belerang total urin. Pada percobaan ini, kertas saring yang dibasahi dengan Pb-asetat menjadi berwarna hitam (hasil reaksi positif). Hal itu terjadi karena adanya gas hidrogen sulfida yang dilepaskan yang dapat diidentifikasi dari baunya yang khas atau dari menghitamnya kertas saring yang telah dibasahi larutan timbal asetat.
Eksperimen selanjutnya adalah uji glukosa. Dalam uji gula ini kami melakukan uji sample urin dengan menggunakan reagen benedict yang kemudian di panas kan di dalam penangas air mendidih dan hasil percobaan menunjukkan bahwa urin tidak mengandung gula sebab setelah dilakukan pengujian didapatkan larutan yang berwarna hijau sedangkan larutan urin yang mengandung gula akn memberikan warna merah bata di bagian dasarnya. kita dapat menguji urin dengan berbagai kadar glukosa yang berbeda-beda untuk membandingkan urin yang mengandung glukosa dan yang tidak dengan mereaksikan urin dengan pereaksi Benedict yang telah dipanaskan dengan glukosa 0,3 %; 1 %; 2 %; 5 % dan urin tanpa penambahan apapun.
Ternyata dari hasil pengujian diperoleh urin blanko tetap berwarna biru setelah ditambahkan larutan Benedict, untuk urin dengan penambahan glukosa 0,3 % akan memberi warna kuning kehijauan dengan endapan merah, untuk urin dengan penambahan glukosa 1 % akan memberi warna kuning kehijauan dengan adanya endapan merah yang lebih banyak dari yang 0,3 %, untuk urin dengan penambahan glukosa 2 % akan memberi warna jingga dengan endapan merah dari yang ditambahkan glukosa 1 % dan untuk urin dengan penambahan glukosa 5 % akan memberi warna jingga kemerahan dengan endapan merah yang lebih banyak.Terbentuknya warna-warna tersebut, sesuai dengan konsentrasi glukosa dalam larutan. Makin besar kadar glukosa, makin banyak endapan oranye yang terbentuk.
Menurut MedlinePlus tidak tebentuknya endapan oranye pada larutan glukosa konsentrasi rendah disebabkan karena baru sedikit glukosa yang mereduksi kuprisulfat dan kemudian tertutup warnanya dengan reagen Benedict yang berwarna biru. Tampak bahwa glukosa dengan kadar 5% baru memberikan endapan oranye paling banyak.

Eksperimen terakhir adalah uji albumin. Dalam percobaan pengujian adanya albumin dalam urin kami menggunakan heating test,dimana urin urin diberikan indicator albumin kemudian ditambahkan beberapa tetes asam aseta 5% kemudian dipanaskan dari hasil percobaan sebelum dilakukan pengujian urin berwarna bening kekuningan kemudian setelah diberikan indicator albumin larutan tidak menunjukkan perubahan warna kemudian setelah diberikan asam asetat 5% larutan tetap tidak menunjukkan perubahan warna,tetap berwarna bening kekuningan,hal ini menunjukkan bahwa dalam urintidak terdapat albumin

Analisis Urine (Tes Air Seni/ Kencing)

Setelah membaca artikel ini kami mohon anda merecommeded dengan mengklik g+ diatas.

No comments:

Post a Comment

free counters