Kunjungan Kimia UNY ke Merapi Pasca Bencana

Sebenarnya bukan kimia UNY keseluruhan sech,.. lebih tepatnya, anak-anak kimia R'06 (kimia reguler 2006). Aku nulis di blog ini cuman buat mengenang + prihatin, ngeliat kondisi daerah yang terkena bencana merapi. Kami teman-teman sekelas sengaja melihat kesana untuk merenung sejenak tentang penderitaan yang dialami sodara-sodara kita. Kami berencana menuju kesana (Lokasi bencana atau lebih tepatnya di daerah Kinahrejo kawasan Cangkringan Yogyakarta) setelah bersama-sama melakukan acara syukuran wisuda di resto Muara Kapuas jalan Kaliurang.

Setelah menempuh jarak 4km dari rumah makan Muara Kapuas tersebut, kami telah sampai didaerah yang terkena awan panas (wedhus gembel Merapi) dan melihatnya secara langsung. Sumpah,... rasanya kaget, haru, heran, prihatin, pokonya campur aduk, bayangkan saja... aku merasa menapaki planet asing entah dimana, mungkin planet Name atau Guuro, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan, kecuali rumput-rumput hijau yang baru tumbuh. Semua bekas runtuhan rumah dan pohon-pohon tinggi lainnya, terlihat telah menjadi arang... dan banyak tertutup pasir yang sangat tebal.



Kalo temen-temen semua yang membaca tulisan saya ini penasaran, ini saya perlihatkan foto-foto kami yang sempet kami ambil dari lokasi. Semoga bisa membantu sedikit menghilangkan rasa penasaran teman-teman semua. Kami menghentikan pengambilan dokumentasi, saat petugas disana menyuruh kami untuk segera turun, karena ada kabut tebal dan akiran lahar dingin.

 penampakan merapi yang masih terlihat jelat menyambut kedatangan kami.

 Kabut tebal mulai menyelimuti

 Begitu pula di lain sudut.

 pekarangan warga pun sekarang tinggal puing-puing arang hitam

 bergegas pulang setelah mendengar komando akan ada kabut tebal dan akiran lahar dingin

 kenangan saya dari temen yang iseng-iseng motret saya pas jalan

 terlihat rumah yang agak kokoh dindingnya, tapi sudah tak beratap

Kondisi tempat pemakaman warga yang masih tersisa.

Kunjungan Kimia UNY ke Merapi Pasca Bencana ini mungkin akan jadi kenangan kami, dan sebuah cerita buat anak cucu kami kelak, bagaimana kedahyatan alam atas ketentuan Tuhan yang mungkin sedang murka. Astagfirullah, Masyaallah, Subhanallah,.. bingung apa yang harus diucapkan saat saya sampai di lokasi ini.